Aroma kemenangan mulai tercium di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tidak terasa bulan penuh ampunan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Mendekati hari kemenangan, bulan Ramadan menjadi lebih istimewa di 10 hari terakhir Allah menyediakan satu malam yang begitu istemewa yang lebih baik dari 1000 bulan bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh beribadah. Malam tersebut disebut Lailatul Qodr.
Di 10 hari menjelang hari kemenangan seyogyanya dijadikan momentum bagi umat Islam untuk memperbanyak amalan, meminta ampunan, merajut persaudaraan dan memperkuat persatuan. Detik-detik terakhir Ramadan adalah momen yang sangat tepat untuk memperbaiki hubungan dengan Allah yang barang kali selama ini kita sering lalai menulur-ulur waktu Salat, sering bersuuzon kepada-Nya, sering tidak bersyukur, dll.
Tentu juga momen penting untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering melakukan kesalahan baik yang disengaja atau tidak sehingga menyakiti perasaan saudara-saudara kita. Perbedaan yang selama ini kita ributkan, ego yang kita agung-agungkan, perasaan paling benar sendiri yang sering menyakiti perasaan sudah saatnya kita padamkan.
Menyambut hari kemenangan sudah selayaknya kita memperbaiki diri dan kembali menjadi insan yang fitri. Yang bersih dari segala benci dan dengki, yang tidak lagi suka menghakimi, tidak lagi merasa paling benar sendiri, berhenti memprovokatori dan menjalin kembali tali silaturahmi.
Ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan oleh perbedaan dan perpolitikan sudah saatnya diredam demi terwujudnya hari kemenangan yang tentram. Hari-hari terakhir bulan Ramadan diharapkan menjadi langkah awal untuk mempererat hubungan persaudaraan, menumbuhkan kembali persatuan, penguat rasa kebangsaan, hingga dapat berkolaborasi bersama membawa Indonesia menuju kemajuan di masa depan.
0 comments on “Mengembalikan Fitrah Kemanusiaan dan Kebangsaan” Add yours →