“Internet telah menjadi ruang revolusi untuk meningkatkan paham keagamaan dan proses desiminasi yang saat ini mengalahkan buku cetak.” Stephen D O’Leary – Professor Sekolah Komunikasi Annenberg Universitas California Selatan.
Ungkapan O’Leary tersebut kiranya mampu menjadi otokritik kondisi masa kini. Internet, dengan segala kecanggihannya seakan membuka ruang baru dalam kontestasi beragama. Ruang baru ini menghadirkan pola interaksi yang berbeda bagi generasi millenial untuk mengonsumsi literatur keislaman.
Survei nasional yang dirilis PPIM 2017 lalu misalnya, memaparkan generasi millenial sangat bergantung pada internet dengan 84,94 persen siswa/mahasiswa memiliki akses terhadap internet.
Sedangkan 96,20 persen mengakses internet di telepon seluler. Dan yang mengejutkan, sekitar 61,05 persen dari mereka mengakses internet untuk mencari informasi agama.
Internet dan media sosial memang lebih instan. Selain itu juga sering menyajikan konten secara parsial dan sporadis. Ada yang menyelipkan pesan propaganda, narasi radikal, hingga ekstrimisme.
Seperti dikatakan O’Leary, konsumsi internet saat ini memang telah jauh melampaui buku cetak yang dulu menjadi rujukan utama.
Lalu bagaimana menurut sobat damai? Seberapa relevankah internet untuk mengisi gelas kosong kita terkait informasi keagamaan?
0 comments on “Waspada Penggunaan Internet” Add yours →