Sobat damai, sejak di bangku sekolah kita telah dikisahkan betapa berpengaruhnya peran radio di masa perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaan. Alat komunikasi yang telah ada sejak zaman dahulu ini dimanfaatkan oleh para pejuang tanah air untuk membakar semangat rakyat, hingga mengumumkan kemenangan setelah perang.
Radio disebut sebagai setengah bagian sejarah bangsa Indonesia dapat merdeka. Awalnya, radio digunakan pada sektor maritim untuk mengirimkan pesan telegraf memakai sandi morse. Sandi morse yang terdiri dari titik dan garis ini dikirimkan melalui radio antar kapal maupun kapal dengan operator di darat.
Kedatangan Jepang hingga Kemundurannya
Jepang pada awalnya mengatakan melalui radio bahwa mereka akan datang ke Indonesia sebagai saudara. Namun, salah satu hal pertama yang dilakukan Jepang setibanya di Indonesia adalah menyegel stasiun radio dan memusatkan komando radio-radio di Indonesia di bawah pengawasan NHK (Nippon Hoso Kyokai), sementara siaran dari luar negeri diputus oleh Dai Nippon.
Bom atom yang dijatuhkan sekutu di Kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, membuat Jepang menyerah kepada sekutu. Namun, penyegelan radio oleh Jepang membuat tidak banyak rakyat Indonesia yang mengetahui kekalahan Jepang pada saat itu.
Salah satu penggerak kemerdekaan Indonesia Sutan Sjahrir, memiliki sebuah radio berwarna gelap kesayangannya yang selalu ia sembunyikan di kamar tidurnya. Itulah satu radio yang tidak terkena sensor pemerintah Jepang.
Beruntung, melalui radio tersebut Sjahrir dapat menangkap siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan Jepang, termasuk ketika Jepang menyerah kepada sekutu. Sjahrir mengabarkan kepada rekan-rekannya dan mendorong golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sjahrir memberikan peringatan untuk melupakan janji Jepang karena Jepang sendiri telah menjajah Indonesia dan sudah tidak berdaya lagi saat itu. Namun, golongan tua tidak ingin terburu-buru, mereka tidak menginginkan adanya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Sebuah rentetan sejarah yang akhirnya menjadi kisah penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Pengumuman Kemerdekaan
Setelah pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, berita ini menyebar ke hampir seluruh Nusantara. Padahal saat itu Jenderal Yamamoto, pemimpin tentara Jepang di Indonesia memerintahkan berita tentang proklamasi tidak disebarluaskan.
Namun, seorang pemuda bernama Syahruddin yang bekerja sebagai wartawan di Kantor Berita Domei, menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan stasiun Domei. Waidan Palenewan yang merupakan kepala bagian radio memerintahkan seorang Markonis bernama F. Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi sebanyak tiga kali.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 sebuah kantor berita di San Fransisco telah memberitakan kemerdekaan sebuah negara di Asia Tenggara bernama Indonesia. Akibat siaran berita itu, pimpinan tentara Jepang dengan marahnya menghentikan pemberitaan tersebut dan meminta F. Wuz meralat berita sebelumnya sebagai kekeliruan. Bahkan, diketahui jika siaran peralatan itu diulang selama 30 menit sekali hingga pukul 16.00. Pada 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel Jepang dan pegawai dilarang masuk untuk bekerja.
Seorang pembaca berita stasiun radio Domei bernama Jusuf Ronodiputro tak kehiangan akal. Ia membuat pemancar baru di markas aktivis Menteng 31 dibantu para teknisi radio. Dengan hati-hati, Jusuf mengambil kesempatan pada pukul 19.00 di salah satu radio yang sudah tidak terpakai untuk menyiarkan kemerdekaan.
Pada malam itu, suara Jusuf menggema. Ia juga membacakan teks proklamasi dalam bahasa Inggris sehingga radio dari negara lain seperti Singapura, Inggris, hingga Amerika bisa meneruskan siaran itu.
Orang-orang Jepang akhirnya mengetahui kelakuan Jusuf. Pada pukul 21.00, ia dan Bachtiar diinterogasi dan dihajar habis-habisan oleh polisi Dai Nippon hingga kaki Jusuf pincang untuk selamanya akibat siksaan. Bahkan, dua pemuda ini nyaris mati ketika seorang Kempetai mencabut pedangnya. Beruntung, beberapa detik sebelum samurai mendarat di leher Jusuf dan Bachtiar, datang seorang perwira Jepang yang mengenal keduanya dan memerintahkan eksekusi itu dihentikan.
Penulis: Gldays Darasha Fenumal
0 comments on “HARI RADIO REPUBLIK INDONESIA, APA SAJA PERAN BESAR RADIO PADA MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA?” Add yours →