Kutipan Perdamaian: Kedamaian yang dicapai dari hati

Menjadi Duta Damai adalah titel yang cukup berat, karena tugasnya adalah menyebarkan dan menjaga perdamaian, setidaknya di lingkungan terdekat kita. Di masa digital saat ini, media sosial memegang peranan penting dalam kehidupan kita, bahkan hal-hal yang terjadi di media sosial punya dampak yang cukup signifikan pada kehidupan nyata yang kita jalani, nggak sedikit berita-berita yang kita dengar setiap hari berasal dari hal-hal yang terjadi di media sosial. Makanya, media sosial ini jadi wadah empuk untuk menggoreng pertikaian yang berujung pada kerusuhan di dunia maya yang mau nggak mau pasti berimbas pada kehidupan nyata.

Menjaga perdamaian menurutku nggak bisa tercapai kalau kitanya sendiri nggak merasa damai dalam hidup dan hati kita, kalau seringnya kesel terus, benci terus ya sama aja bohong dong. Ibarat kucing ngajarin caranya terbang, ra mashok diakal gais.

Apalagi di kalangan anak-anak muda yang punya banyak stok rasa semangat yang menggebu-gebu, punya banyak ide dan barisan idealismenya sendiri, baik memang tapi hal ini bisa jadi boomerang kalau anak muda nya cenderung bersikap egois yang menjadi cikal bakal dari etnosentris yang melahirkan rasisme atau munculnya geng-gengan (baca: kubu) dan berujung pada tumbuhnya inang-inang kebencian di antara kita.

Sekarang ini banyak banget kasus yang berujung pada munculnya anggota-anggota baru hotel prodeo atau bahkan berujung kematian yang bermula dari pertikaian, dan nggak semua pertikaian yang terjadi berawal dari masalah yang cukup berat. Miris banget kan?

Maka dari itu, penting banget untuk kita paham dan memenuhi porsi kedamaian dalam hidup dan diri kita, karena bener banget kata cendikiawan muslim Quraish Shihab yang mengatakan bahwa kalau kita tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, maka tidak mungkin kita bisa memberikan kedamaian kepada orang lain.

Ketika kita berdamai dengan diri sendiri itu berarti kita sudah mampu untuk bisa memahami diri sendiri, seperti kata Albert Einstein “Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekerasan, hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian”.

Kalau kita bisa memahami orang lain, memahami bahwa setiap orang pasti berbeda, memahami bahwa perbedan adalah hal yang sangat menusiawi, memahami bagaimana caranya memanusiakan manusia, sudah pasti kita akan bisa menjaga perdamaian setidaknya bagi diri dan lingkungan di sekitar kita. Karena, manusia mana yang nggak senang kalau ada orang yang memahami mereka? Siapa juga yang nggak senang kalau ada orang yang bisa menghargai mereka?

Karena itulah John Lenon penyanyi legendaris dunia mengatakan bahwa “Perdamaian bukanlah sesuatu yang kau inginkan, itu sesuatu yang kau buat, sesuatu yang kau lakukan, sesuatu yang merupakan dirimu dan sesuatu yang kau berikan”.

Meski pada dasarnya kedamaian adalah hal yang alamiah, perdamaian seolah menjadi sesuatu yang langka karena kita terlalu sering menciptakan pertikaian dan konflik. Oleh karena itu, bapak perdamaian dunia dengan sederhana mengatakan bahwa “Tidak ada jalan menuju perdamaian, yang ada hanya perdamaian itu sendiri”.

Jadi, menurutku, perdamaian itu bukan suatu tujuan akan tetapi sesuatu yang harus dan sudah sepantasnya kita lakukan, karena bagaimana pun kita semua pasti membutuhkan kedamaian, dan kedamaian di hati akan melahirkan dan menularkan pada banyak hal dan banyak orang.