Indonesia Diperjuangkan dengan Susah Payah, Jangan Sampai Dipecah Belah dengan Mudah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Terpisahnya pulau-pulau di Indonesia menjadikan Indonesia mozaik sangat kaya dengan keragaman. Keragaman tersebut meliputi keragaman bahasa, suku, budaya, adat, agama dan alirannya, letak geografis, dll. Keragaman ini merupakan sebuah Given, yakni pemberian Tuhan yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia kita tentu tidak pernah membuat-buat bangsa ini menjadi begitu beragam dan penuh warna, kebergaman yang kita alami saat ini pada hakekatnya adalah sebuah warisan turun menurun yang kita terima dari nenek moyang kita. Keragaman ini merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa yang tidak semua bangsa memilikinya.

Bukan hal yang mudah menyatukan keanekaragaman. Ketidakseragaman kultur yang ada membuat sebagian merasa berbeda. Kalimat Sasanti dari Empu Tantular yang berbunyi “Bhineka Tunggal Ika” menjadi suatu penangkal akan dampak negatif dari keberagaman ini. Bhineka Tunggal Ika juga telah kita sepakati sebagai salah satu dari empat pilar berbangsa dan bernegara kita. Para pendiri bangsa tentu menyadari akan keberagaman yang ada dari ujung ke ujung negeri, namun perbedaan kita diikat dengan satu tali besar sehingga kita menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dalam bingkai besar bernama NKRI.

Bhineka Tunggal Ika dapat dikatakan juga sebagai suatu relitas dimana didalamnya mengandung makna keberagaman dan kesatuan, karena memang seperti itulah pada kenyataannya. Dikotomi yang jika dilihat sebenarnya saling berlawanan namun hal tersebut bukan untuk diperdebatkan. Keberagaman dan kesatuan merupakan hal yang dalam hal ini saling berkesinambungan satu sama lain. Kita tidak dapat menyangkal bahwa dua sudut pandang ini merupakan hal yang harus diakui dalam realitas tunggal.

Disisi lain dari keragaman budaya, bahasa dll yang merupakan Given  dari Tuhan yang Maha Esa, kemerdekaan Indonesia merupakan suatu hasil akumulasi dari totalitas perjuangan bangsa Indonesia yang didapatkan dengan susah payah, bukan secara gratis.

Tentu kita tidak dapat menyangkal bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya diperjuangkan oleh satu dua golongan saja. Kemerdekaan ini bukan hanya milik tentara Indoneia, bukan juga hanya milik Soekarno yang saat itu menjabat sebagai presiden, bukan hanya milik pemuda yang dengan kobaran semangatnya menginginkan Indonesia merdeka, pun bukan hanya milik rakyat yang ikut memberontak kepada penjajah, tapi tentu milik kita semua.

Kemerdekaan bersama yang juga harus terus dirawat bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Cita-cita besar untuk membentuk negara yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur serta tujuan mulia untuk membentuk suatu negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa tentu memegang peranan penting dalam membawa arah NKRI di masa depan. Saat ini tidak sedikit kelompok yang menginginkan sistem yang berbeda dari apa yang sedang dijalankan Republik Indonesia saat ini demi kepentingan kelompoknya masing-masing. Ini dinamika berbangsa dan bernegara yang bukan hanya perlu kita sadari, tetapi juga harus mencari solusi. Tidak sedikit juga tindakan-tindakan ekstrim yang berujung terorisme yang saat ini menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia.

Media sosial yang sedang menjadi trend saat ini menjadi salah satu kendaraan kelompok kepentingan yang ingin memecah belah bangsa dengan membuat konten-konten yang seringkali mengatasnamakan agama atau menunjukkan sentimen pada ras tertentu sehingga mudah diterima oleh masyarakat awam. Ujaran kebencian, caci makian, hingga kebohongan berujung fitnah tidak jarang mereka gunakan.

Kemudahan penggunaan media membuat propoganda pemecah belah bangsa dengan mudah dibaca dan diterima oleh banyak orang hingga ke pelosok negeri. Selain itu, kesadaran masyarakan untuk mengkroscek kembali suatu informasi masih sangat minim. Akun media sosial bodong, sumber berita tidak kredibel, judul berita yang provokatif, pesan broadcast manipulatif dan sejenisnya tidak pernah lepas mewarnai layar smaprtphone kita dan masih banyak sekali masyarakat kita yang mudah percaya. Hal ini kemudian menimbulkan gesekan baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Menjadi sekat yang tinggi bagi golongan yang mempercayai dan yang tidak. Sengaja dijadikan alasan untuk saling mencela.

Sebagai masyarakat kekinian yang tidak lepas dari segala kecanggihan dan kemudahan kita perlu menyadari bahwa semua hal yang kita lihat dan kita baca bisa kita cari tahu kebenarannya. Jangankan hanya informasi yang ada di Indonesia, informasi dunia pun bisa kita dapatkan dimana saja. Yang terpenting adalah kita mau cermat dalam membaca.

Indonesia negara besar yang diperjuangkan dengan susah payah, rasanya tak elok jika dipecah belah dengan sangat mudah. Maka penting bagi kita untuk memiliki rasa kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga dengan demikian kita tidak akan mudah termakan propoganda kelompok-kelompok yang menginginkan perpecahan di Indonesia. Menjaga persatuan juga bukan hal yang sulit dilakukan jika semuanya memiliki kesadaran yang sama. Cukup dengan menahan jempol kita untuk tidak menyinggung perasaan saudara-saudara kita di sosial media, jaga jari kita agar tidak ada celah untuk mencela sesama, satukan hati dan pikiran kita saat melihat propaganda agar tidak mudah percaya. Mari sama-sama kita jaga keutuhan bangsa mulai dari menjaga sikap di sosial media.