free page hit counter

Indonesia: Kuala Persilangan Budaya

Soekarno menggambarkan Indonesia sebagai taman sari dunia. Sebagai sebuah negara kepulauan yang besar, Indonesia yang memiliki daya tarik kekayaan sumber daya yang melimpah serta berada di titik strategis persilangan antar-benua dan antar-samudera menjadi titik temu penjelajahan bahari dan manjadi tempat persilangan arus peradaban dunia.

Denys Lombard menuturkan bahwa tidak ada satu tempat pun di dunia ini, kecuali mungkin Asia Tengah, yang menjadi tempat kehadiran hampir semua kebudayaan besar dunia dan berdampingan ataupun melebur menjadi satu seperti di Nusantara.

Denys Lombard melukiskan sebuah “nebula- sosial budaya” yang mempengaruhi peradaban Nusantara dengan kuat khususnya di Jawa. Lombard menuturkan setidaknya ada 4 pengaruh besar yang mempengaruhi peradaban Nusantara.

Pertama, pengaruh Indianisasi (Hindu-Buddha) yang mulai dirasakan sejak abad ke-5 Masehi. Kehadiraan pengaruh Indianisasi ini bersamaan dengan kemunculan dua kerajaan besar yang terkenal yakni Kerajaan Mulawarman di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat sebagai pengikut Wisnu.

Pengaruh ini kemudian berkembang pesat hingga 10 abad kemudian (hingga abad 15) di Jawa, Sumatera dan Bali. Pengaruh paling besar dirasakan di Jawa dan Bali, struktur konsentris kosmologi tampak pada cara berpikir dan sistem tata susila dalam masyarakat, selain itu pengaruh tersebut juga sangat tampak dalam upacara-upacara dan ungkapan seni.

Kedua, pengaruh Islamisasi yang mulai dirasakan secara kuat pada abad ke-13 Masehi. Pengaruh ini ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam awal seperti Kerajaan Samudera-Pasai. Pengaruh Islam menyebar cepat dari Barat Nusantara hingga ke Timur, tidak terkecuali daerah-daerah yang sebelumnya dipengaruhi oleh Hindu-Buddha.

Kehadiran Islam di Nusantara membawa perubahan penting dalam pandangan dunia serta etos masyarakat Nusantara, terutama, pada mulanya masyarakat pesisir. Kehadiran Islam di Nusantara meratakan jalan bagi modernitas dengan memunculkan masyarakat perkotaan dengan konsep “kesetaraan” dalam hubungan manusia, konsep “pribadi” atau nafs yang mengarah pada pertanggungjawaban pribadi setiap individu, serta konsepsi waktu atau sejarah yang linear.

Ketiga, pengaruh China yang hampir bersamaan dan osmosis dengan pengaruh Islam di Nusantara. Kemunculan pengaruh China mulai dirasakan kuat sekitar abad ke-14 ketika imigran-imigran baru dari Fujian dan Guangdong masuk ke Nusantara. Imigran-imigran tersebut membaur ke dalam struktur sosial masyarakat yang ada.

Kehadiran China di Nusantara memiliki peranan penting dalam memperkenalkan dan mengembangkan teknik produksi berbagai komoditi, pemanfaatan laut untuk perikanan, gaya hidup, budidaya tiram dan udang, teknik perdagangan, peran sosial-budaya klenteng hingga keterlibatan ulama keturunan China dalam proses Islamisasi.

Keempat, pengaruh pembaratan yang ditandai oleh kehadiran Portugis pada abad ke-16 Masehi. Pengaruh ini kemudian disusul oleh kehadiran Belanda dan Inggris setelahnya. Proses pembaratan mulai terasa secara berangsur-angsur sejak kedatangan armada pertama Belanda pada 1596 yang disusul dengan beroperasinya “Serikat Perseroan Hindia-Belanda” atau VOC pada 1602.

Memasuki abad ke-19 secara berangsur-angsur diintegrasikan ke dalam satu wilayah kekuasaan kolonial Belanda. Intensifikasi pembaratan terjadi sejak paruh kedua abad 19 dan awal abad ke-20. Pengaruh pembaratan membawa mentalitas modern yang telah dibuka oleh pengaruh Islam menuju perkembangan yang lebih luasd dan lebih dalam.

Pada bidang sosial-ekonomi, kehadiran Barat memunculkan sistem perkebunan, perusahaan serta perbankan modern, penggunaan besi, perkembangan alat transportasi serta pengobatan modern. Pada bidang sosial-politik, kehadiran Barat di masa lalu berpengaruh pada modernisasi tata-kelola negara dan masyarakat, kelompok sosial, organisasi, dan bahasa politik modern. Pada bidang sosial-budaya, pengaruhnya terlihat jelas pada kehadiran lembaga pendidikan dan penelitian, percetakan, pers, dan gaya hidup.

 

Sumber:

Latif, Yudi. Bhineka Tunggal Ika: Suatu Konsepsi Dialog Keragaman Budaya, dalam Fikih Kebinekaan. Jakarta: Maarif Institute for Culture and Humanity. 2015.

0 comments on “Indonesia: Kuala Persilangan BudayaAdd yours →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

hacklink al duşakabin fiyatları fethiye escort bayan escort - vip elit escort dizi film izle erotik film izle duşakabin hack forum marsbahis betkom marsbahisgirtr Perabet GirişBetmatikSahabetprefabrikmarsbahisTaraftarium maç izlemariobettipobetcasibomcasibom国产线播放免费人成视频播放casibomonwingrandpashabetimajbetMostbet TürkiyebettiltonbahisrexbetsetrabetjojobetBayspinbahiscomcasibomcasibomjojobet girişjojobetcasibomholiganbetcasibomtümbettümbetkingbettinghiltonbetgiden eşi geri döndürme büyüsümatbetpusulabetholiganbetcasibomcasibomcasibomcasibomcasibomcasibomcasibomholiganbetbets10casibombets10omeglemeritkingzlibraryonwinonwindumanbetganobetmariobet