Kemerdekaan bangsa Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya merupakan suatu momentum yang diperingati oleh seluruh elemen bangsa ini, mulai dari Sabang sampai Merauke tanpa memandang suku, ras dan agama yang berbeda. Memasuki usia 74 tahun kemerdekaan bukan lagi usia yang muda. Tetapi untuk mencapai suatu kedewasaan dalam berbangsa dan benegara bukanlah hal yang mudah. Sulit, apalagi melihat dewasa ini radikalisme dan hoax bertebaran dengan bebasnya tanpa batasan. Hal tersebut merupakan ‘lawan masa kini’ bagi kita untuk dapat mempertahankan kemedekaan sebagaimana mestinya.
Dahulu para pejuang kemerdekaan butuh puluhan tahun untuk menaikan bendera merah putih agar sampai di ujung tiang bendera. Kini, tidak lebih dari lima menit bagi kita agar sang saka merah putih sampai ke ujung tiang. Perbedaan yang sangat kontras dan jauh dari kata sama. Jika dahulu para pejuang melawan penjajah dengan mengorbankan waktu, tenaga bahkan nyawanya. Bagaimana dengan kita sekarang? Apa yang sudah kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan bangsa? Sudahkah kita berjuang seperti mereka berjuang?
Cara berjuang jaman dahulu dengan jaman now memang tidak dapat disamakan. Kalau dulu para pejuang mengangkat bambu runcing untuk melawan penjajah. Mungkin hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengangkat rasa cinta tanah air dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bagaimanapun, mempertahakan terkadang terasa lebih sulit daripada mendapatkan. Mempertahankan bangsa ini agar tetap merdeka adalah tugas kita bersama, bukan hanya tugas pemerintah atau elit politik, bukan juga tugas para empunya kuasa atau kelompok tertentu.
Jika setiap kita memiliki kesadaran akan cinta tanah air tanpa memandang perbedaan yang ada, tentunya akan membuat negara ini unggul dalam kemanjuan sumber daya manusia. Bersatu untuk menjadikan bangsa ini unggul merupakan perjuangan kita semua. Bersatu melawan radikalisme dan hoax merupakan hal kecil yang akan berdampak besar jika kita melakukannya bersama-sama. Kita membutuhkan persatuan, karena Indonesia negara yang besar, negara majemuk, negara yang dari awal berdiri sudah dianugerahkan perbedaan oleh Sang Pecipta. Kalau dahulu perbedaan bukan menjadi permasalahan, mengapa sekarang harus menjadi masalah?
Dirgahayu ke-74 tahun Indonesia
Salam Damai, Damai itu Indonesia J
Penulis: TPAT
0 comments on “Bersatu untuk Indonesia Unggul” Add yours →