“Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!” – Ir. Soekarno. Begitulah untaian kata yang dilontarkan oleh sang Proklamator Ir. Soekarno. Akan tetapi, justru dewasa ini NKRI seolah dimiliki dan dikuasi oleh satu golongan saja. Benarkah Bhinneka Tunggal Ika masih diterapkan di Indonesia? Atau justru hanya semboyan belaka?
Bhinneka Tunggal Ika, mungkin kata yang sering kita dengar, tetapi masih banyak juga yang salah mengartikan kata ini. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Makna Bhinneka Tunggal Ika menjadi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, ras, agama dan bahasa. Indonesia memiliki banyak keragaman, Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi prinsip persatuan dan kesatuan bangsa. Sesuai dengan artinya makna Bhinneka Tunggal Ika mampu menjaga Indonesia dalam persatuan dan menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di dunia dalam menjaga persatuan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan tentang keadaan Nusantara yang memiliki keberagaman, mulai dari ras, suku, agama dan budaya. Semboyan ini tentu mengingatkan kita bahwa semua negara Indonesia itu adalah satu kesatuan.
Pada era sekarang ini makna Bhinneka Tunggal Ika seakan mulai memudar di bumi pertiwi. Bagaimana tidak, banyak kasus intoleran yang terjadi beberapa tahun kebelakang ini. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semboyan bangsa Indonesia. Seakan mayoritas memiliki kuasa untuk menyingkirkan kaum minoritas. Apakah setiap agama mengajarkan hal tersebut untuk saling serang satu sama lain? Tentu tidak, setiap agama yang benar-benar menerapkan ajarannya justru saling menghargai agama lain dan selalu membawa cinta kasih sebagai inti ajarannya. Bukan dengan menggunakan kebecian atau cacian kepada agama lain. Apakah kita harus saling menghina bahkan sampai membunuh orang yang memiliki agama berbeda dengan kita? Tentu jawabnya tidak, jangan karena mayoritas akhirnya memiliki kekuatan untuk menghakimi kaum minoritas, begitupun sebaliknya. Jangan karena minoritas justru membuat kaum minoritas itu sendiri seolah ditindas.
Kasus yang terjadi di Sigi Sulawesi Tengah baru-baru ini mengakibatkan 4 umat kristiani dibunuh dengan sadis. Kasus ini dilakukan oleh kelompok yang belakangan diketahui bernama MIT (Mujahidin Indonesia Timur). Penyerangan ini langsung dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut. Kelompok yang melakukan penyerangan ini berjumlah delapan orang. Setelah masuk kesalah satu rumah warga, kelompok ini langsung melakukan penyerangan menggunakan senjata tajam yang akhirnya menewaskan 4 orang korban. Setelah mereka selesai melakukan aksinya, pelaku kemudian membakar 6 rumah di sekitarnya. Kelompok ini diyakini melakukan penyerangan sebagai bentuk teror di tengah masyarakat, supaya masyarakat menjadi takut dan akhirnya memecah belah NKRI.
Kasus ini menjadi suatu tamparan keras bagi kita semua. Di era yang sudah semakin maju seperti saat ini, masih ada saja kelompok-kelompok yang melakukan hal tersebut dan membuat perpecahan ditengah masyarakat. Hal yang membuat kasus ini menjadi lebih miris ialah media seolah bungkam dengan kasus seperti ini, apakah karena yang mengalami kasus ini adalah kaum minoritas sehingga menganggap kasus ini tidak terlalu besar? Berbanding terbalik jika kaum mayoritas yang mengalami kasus ini. Pasti sudah banyak elemen masyarakat yang melakukan aksi demo dan lain sebagainya. Apakah Bhinneka Tunggal Ika hanya sebuah semboyan sekarang ini, sehingga banyak muncul kasus-kasus intoleran di tengah masyarakat.
Sebenarnya menjadi mayoritas tidak selamanya benar, bahkan dengan kekuatan yang dimiliki tidak seharusnya di gunakan untuk menyingkirkan minoritas. Akan tetapi sebaliknya, sebagai kaum mayoritas seharusnya mampu untuk menjaga kaum minoritas dalam persatuan keberagaman guna mendapatkan kehidupan yang tentram di bumi tercinta ini. Karena pada dasarnya keberagaman itu sangat indah jika benar-benar dilakukan. Justru seharusnya kita senang karena NKRI tercipta dan besar dari keberagaman itu sendiri. Perbedaan juga merupakan suatu anugerah dari tuhan dan kita harus menjaga anugerah tersebut. Mari kita menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ini supaya Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sekedar semboyan dan semoga kutipan dari Ir. Soekarno diatas dapat terealisasi kedepannya.
Indonesia Itu Bhinneka Tunggal Ika.
Penulis: Diky Gagan Nugraha
0 comments on “TERORISME MENYERANG SIGI, BENARKAH BHINEKA TUNGGAL IKA HANYA SEBUAH SEMBOYAN?” Add yours →