Insecurity menjadi salah satu kata yang paling sering diperbincangkan dikalangan anak muda. Insecure sendiri adalah suatu perasaan tidak aman. Insecurity ini bisa terjadi saat kamu merasa malu, bersalah, kekurangan bahkan tidak mampu. Salah satu hal yang menyebabkan insecurity adalah Ketika seseorang memandang rendah diri mereka sendiri, sehingga timbul rasa takut yang membuat mereka akhirnya merasa tidak aman bahkan tidak berdaya.
Sebuah studi korelasional saat ini memeriksa 467 orang dewasa muda untuk menghabiskan waktu mereka menggunakan media sosial, pentingnya media sosial dalam kehidupan mereka dan kecenderungan untuk terlibat dalam vaguebooking (posting posting yang tidak jelas tetapi mengkhawatirkan untuk mendapatkan perhatian). Hasil yang dipertimbangkan termasuk gejala kesehatan mental umum, ide bunuh diri, kesepian, kecemasan sosial dan penurunan empati. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan media sosial tidak memprediksi gangguan fungsi kesehatan mental.[1]
Perbandingan Sosial dan Kecemasan
Insecurity ini menjadi salah satu dampak dari penggunaan media sosial. Mengapa? Karena orang-orang cenderung akan mengunggah postingan terbaik versi mereka, dan Ketika ada seseorang yang melihat itu kemudian membandingkannya dengan keadaan mereka, maka akan muncul rasa tidak aman karena berpikir bahwa ia tidak sebaik orang-orang itu.
Ada banyak alasan mengapa bersosial media dikaitkan dengan peningkatan kecemasan dan gejala depresi, negatif citra tubuh, masalah tidur dan cyberbullying (Royal Society for Public Public, 2017), tetapi peningkatan perbandingan sosial adalah salah satu yang paling berpengaruh.
Perbandingan sosial adalah suatu bentuk harga diri sosio-logis, di mana kita memperolehnya rasa diri melalui membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain (Festinger, 1954). Festinger berpendapat orang memiliki kecenderungan untuk membuat perbandingan sosial ke bawah dengan mereka yang lebih buruk atau kurang terampil daripada mereka, dan ini bisa meningkatkan harga diri mereka. Sebaliknya, perbandingan sosial ke atas bisa mengurangi harga diri, dan hal ini menjadi lebih lebih mungkin terjadi di media sosial.[2]
Steer et al (2014) menemukan beberapa orang menjadi depresi setelah menghabiskan waktu Facebook, karena membandingkan diri mereka sendiri dengan yang lain membuat mereka merasa tidak enak.
Instagram dilaporkan sebagai sosial yang paling berbahaya platform media untuk mental anak muda kesehatan (Royal Society for Health Public, 2017) dan baru-baru ini Instagram mulai menghilangkan fitur ‘suka’ untuk mencoba mengurangi tekanan bagi pengguna (Berita BBC, 2019). Jumlah “Suka” untuk sebuah posting dilihat sebagai ukuran pencapaian dan popularitas di Instagram, dan mengurangi visibilitas ini fitur adalah langkah penting.
Kepercayaan Diri
Media sosial juga berpengaruh pada menurunnya tingkat percaya diri seseorang. Dr Tim Bono, penulis buku When Likes Aren Enough menjelaskan dalam Healthista, mengungkapkan ketika kita memperoleh rasa layak berdasarkan pada bagaimana kita melakukan sesuatu dan dihubungkan dengan orang lain, itu berarti kita menempatkan kebahagiaan kita dalam variabel yang sepenuhnya di luar kendali kita.
Salah satu cara untu mengantisipasinya adalah dengan menjadi sadar Ketika menggunakan media sosial. Sadar bahwa kita memiliki tujuan tertentu untuk menggunakan media sosial dalam hal yang positif, dan menyadari bahwa apapun yang ada di media sosial itu tidak seharusnya berpengaruh banyak pada kehidupan pribadi kita.
Becoming more conscious of the amount of time you spend scrolling through other people’s online profiles could help you focus more on yourself and boost your self-confidence.
Gangguan Tidur
Lebih lanjut Dr. Bono menjelaskan ketika kita merasa cemas bahkan cemburu dari apa yang kita lihat di media sosial membuat otak tetap waspada, dan hal itu membuat kita sulit tertidur. Ditambah lagi, cahaya dari perangkat seluler kita hanya beberapa inci dari wajah kita dapat menekan pelepasan melatonin, hormon yang membantu kita merasa lelah.
Banyak penelitian sangat menganjurkan untuk meregulasi diri sendiri dengan berhenti menggunakan smartphone setidaknya 40 menit sebelum tidur, untuk menjaga kualitas tidur dengan baik.[3]
Sisi Positif Penggunaan Media Sosial
Pada dasarnya media sosial dibuat bukan untuk memberikan dampak negative sepenuhnya, semua itu hadir seiring berjalannya waktu dan juga dipengaruhi oleh respon penggunanya yang sangat beragam. Dalam sebuah penelitian oleh Mesfin Awoke Bekalu seorang peneliti ilmiah di Lee Kum Sheung Center for Heath and Happiness di Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara penggunaan media sosial dengan Kesehatan mental dan kesejahteraan.
Dalam temuan ini menunjukkan bahwa selama kita adalah pengguna yang penuh perhatian, penggunaan yang rutin mungkin tidak dengan sendirinya menjadi masalah. Memang, itu bisa bermanfaat.
Berdasarkan penelitian tersebut kita tahu bahwa memiliki jaringan sosial yang kuat dapat dikaitkan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan yang positif. Penggunaan media sosial rutin dapat mengimbangi berkurangnya interaksi sosial tatap muka dalam kehidupan orang yang sibuk. Media sosial menjadi patform yang dapat mengatasi hambatan jarak dan waktu kepada individu, memungkinkan mereka untuk terhubung kembali dengan orang lain dan dengan demikian memperluas dan memperkuat jaringan dan interaksi mereka secara langsung.
[1] Berryman, C., Ferguson, C.J. & Negy, C. Social Media Use and Mental Health among Young Adults. Psychiatr Q 89, 307-314 (2018).
[2] Warrender D, Milne R (2020) How use of Social Media and social comparison affect mental health. Nursing Times (Online); 116: 3, 56-59
[3] https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/social-media-mental-health-negative-effects-depression-anxiety-addiction-memory-a8307196.html?amp
0 comments on “Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Media Sosial Untuk Kesehatan Mental” Add yours →