Zaman yang semakin maju ini nampaknya menjadi sesuatu yang selalu dibanggakan oleh masyarakat, baik secara teknologi maupun pemikiran. Dengan hadirnya kedua hal tersebut tentunya akan banyak membantu kehidupan bermasyarakat
Namun nyatanya, dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih ini semakin banyak masyarakat yang tidak mengindahkan perdamaian, sehingga menimbulkan permasalahan, perselisihan, dan perpecahan.
Duta Damai Banten sebagai salah satu pegiat perdamaian khususnya di Banten melakukan Trip to Baduy yang bertemakan “Menggali Filosofi Damai di Tanah Sunda” pada hari Sabtu-Minggu, 22-23 Juni 2019 yang diikuti oleh mahasiswa dan anggota Duta Damai Banten. Trip ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan bermasyarakat di Baduy Luar yang cukup jauh dari perkembangan teknologi maupun pendidikan. Kegiatan ini diisi dengan sharing bersama masyarakat setempat dan Jaro Baduy Luar sendiri. Dalam berbagi pengalaman hidup dan budaya, masyarakat setempat sangat terbuka kepada para pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai apa yang ada di Baduy.
Dalam kegiatan sharing tersebut, salah satu masyarakat Baduy Luar yang bernama Yayat menyatakan bahwa kehidupan di Baduy Luar tak terlepas dari aturan-aturan yang ada. Sehingga kehidupan bermasyarakat yang dijalankannya sangat teratur, rukun dan damai. Berbeda dengan Baduy dalam, Baduy Luar ada sudah mulai mengenal dan menggunakan teknologi, baik telepon genggam maupun internet dan cukup mengetahui apa saja yang terjadi di Negara Indonesia.
Meskipun begitu, masyarakat Baduy tetap menjunjung tinggi nilai perdamaian, salah satunya dengan tetap melestarikan gotong royong. Hal yang menarik dari suku asli Banten ini adalah minimalnya perselisihan walau mereka kurang tersentuh kemajuan teknologi.
Di era millenial seperti ini, karakter cinta perdamaian sangat dibutuhkan, terlebih jika saat ini kita sudah bisa menjangkau teknologi. Teknologi bisa dijadikan senjata untuk menyebarkan virus perdamaian, bukan perselisihan. Oleh karena itu gunakan teknologi dengan bijak.
Tularkan perdamaian, redam perselisihan. Karena damai itu, Indonesia.
Penulis : Risma Iklimah (Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Personil Trip to Baduy Damai 2019)
0 comments on “Menggali Filosofi Damai di Tanah Sunda” Add yours →