Kenapa tidak ada yang bilang, menjadi manusia sungguh memusingkan?
Kenapa saat aku masih diperut ibu, aku memilih lahir ke dunia?
Kenapa aku tidak sepintar saat di bangku sekolah dasar?
Kenapa menjadi dewasa sangat menyebalkan?
Kenapa waktu berjalan tanpa pernah bisa kita jeda?
Mungkin jawabannya, adalah seorang wanita yang telah melahirkanmu ke bumi ini
Yang separuh waktu hidupnya dihabiskan untuk mengurus aku
Yang selalu siap pasang badan saat aku butuh
Yang menyajikan semangkuk sup panas buatannya saat aku sedang terserang flu
Yang tangannya selalu mengadah kepada Tuhan agar hidupku baik-baik saja
Mungkin menurut Tuhan, aku mampu menghadapi semua karena ia telah mengirimkan sosok
malaikat-Nya untuk membersamai aku tumbuh
Yang kemudian aku sebut ibu
Walau kadang berisiknya membuatku jengah, atau pandangannya yang kerap kali berbeda
denganku
Namun ia selalu bersedia memberikan pelukannya disaat aku butuh
Namun ia selalu bersedia memaafkan aku walau telah beribu kali aku mengundang pilu di
hatinya
Namun ia selalu bersedia menyelip namaku disela-sela doanya walau ia tahu anaknya adalah
seorang pendosa
Maka, mungkin….
Mungkin hidup ini harus terus berjalan karena ibu
Sebab rumah yang ada beliau di sana dengan wewangi rerempahan dan juga pakaian yang
berantakan sebab belum disetrika
Sebab aku harus membersamainya hingga ia dikebumikan kembali ke tanah
Sebab aku harus bertahan karena ibu sudah banyak bertahan untukku hingga sekarang
0 comments on “Untuk Ibu, Hidup Harus Tetap Berjalan” Add yours →